Senin, 04 Februari 2013

Puisi Cinta Tentang Sang Hati

Malam ini aku menangis tanpa suara
Merenungkan diri di sudut ruangan
Gelap menyendiri tanpa ada teman
Sunyi menerpa menemani sepinya malam

Aku berpikir
Kenapa tidak kuteriakkan saja semua amarahku?
Kenapa tidak kutunjukkan saja semua rasa jengkelku?
Memendamnya dan menangis sendiri itu tidak enak

Kadang aku ingin tertawa dengan segala kebodohanku
Kadang juga aku benci dengan segala rasa sabarku
Saat kubiarkan mereka mengabaikanku
Saat kubiarkan mereka menginjak-injak diriku

Mereka memanfaatkanku layaknya boneka
Sebuah benda yang akan selalu tersenyum dan takkan menangis
Benda mati yang selalu menjadi penghibur mereka
Dan akan dibuang setelah mereka merasa tak memerlukannya lagi

Temankah itu?
Kekasihkah itu?
Kata-kata itu membuatku tertawa terpingkal-pingkal
Bisa-bisanya mereka mengaku sebagai orang terdekatku

Padahal mereka hanya memanfaatkanku
Mereka hanya mengganggu hidupku
Mereka menghancurkan apa yang sudah kubangun selama ini
Kemudian membuatku merasa bersalah karena telah memarahi mereka

Aku benci
Aku ingin di dengarkan
Aku bukan hanya ingin mendengarkan
Perlukah aku berteriak di depan telinga mereka?

Aku tepat berada di sini
Di samping mereka
Tapi mereka sama sekali tidak ingin menggenggam tanganku
Ketika kesedihan menghantam mentalku

Haruskah aku peduli pada mereka?
Haruskah aku tersenyum pada mereka?
Mengucapkan tolakan halus dengan lembut
Lalu berkata, “Aku baik-baik saja.”

Pembohong!
Mereka membuatku menjadi seorang pembohong
Mereka menuntutku untuk menjadi budak mereka
Dan mereka sama sekali tidak mengerti bahwa hatiku menjerit sakit

Aku mencoba untuk menjadi yang terbaik
Aku mencoba untuk menjadi berguna
Aku mencoba segalanya
Namun kenapa aku selalu mendapat tatapan penuh kecewa itu?

Ingin kuteriakkan segala rasa benci dalam hatiku
Akan kukatakan betapa perihnya hatiku saat ini
Tapi kenapa?
Aku sama sekali tidak bisa

Lemah
Pengecut
Sama sekali tidak bisa diharapkan
Inikah akhir dari seorang pemimpi yang baru bangkit?

Padahal baru saja kusugesti diriku untuk berdiri
Memantrai diri agar kembali berjalan
Mengusir pikiran bahwa setiap kujejakkan kakiku di sana
Aku akan semakin terluka lagi dan lagi

Aku tidak tahu
Aku tidak mengerti
Mengapa semuanya terjadi atas kehendak mereka
Dan aku sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa

Dalam curamnya jurang
Tempatku jatuh berkali-kali
Aku selalu mencoba meraih tali setipis jaring laba-laba
Juga setitik cahaya yang menuntun jalanku untuk kembali

Aku berhasil
Aku bisa naik ke atas
Perjuanganku berakhir bahagia
Bahagia sampai mereka mendorongku kembali ke bawah

Aku hancur
Aku terluka
Tidak tahukah mereka betapa sulitnya bangkit itu?
Tidak tahukah mereka seberapa susahnya meraih jaring itu?

Mereka kembali mencoba menginjakku
Kembali mencoba menggangguku
Padahal mereka tahu aku terpuruk
Namun mereka mengacuhkanku bagaikan debu

Lucu!
Lucu sekali!
Mereka benar-benar brengsek dan membuatku tertawa keras
Aku tidak akan pernah menyangka mereka akan lampiaskan semuanya padaku

Semuanya yang mereka dapatkan
Harusnya menjadi milikku
Segalanya yang mereka raih
Harusnya menjadi kebanggaanku

Tuhan,
Apa yang harus kulakukan?
Aku tidak sanggup
Aku tidak kuat lagi

Tali kesabaranku telah mencapai ujungnya
Tak dapat lagi kupendam
Tak dapat lagi kusimpan
Segala eksistensi benci dan amarah dalam hati

Namun aku takut
Aku tidak ingin sendirian
Aku tahu rasanya kesepian
Dan itu benar-benar menyakitkan

Haruskah kuhancurkan diriku secara perlahan lagi?
Haruskah kukikis segala harga diriku demi tidak sendirian?
Aku bertanya pada hatiku yang tergores dalam
Mungkin aku harus kembali mencoba

Tidak ada komentar:

Posting Komentar