Sahabat
tentu saja ada yang sejati dan ada juga sahabat yang tidak sejati.
Sahabat sejati tentu saja adalah sahabat yang tetap bersahabat kendati
dalam berbagai kondisi dan situasi. Alhamdulillah dalam perjalanan hidup
saya, banyak mempunyai sahabat sejati walaupun tidak sedikit juga yang
tidak sejati. Kembali kepada niat persahabatan masing-masing. Ada yang
punya maksud dan niat tertentu. Dan ada pula yang hanya mengejar pamrih.
Biasanya yang ini tidak langgeng.
Sahabat
sejati saya yang walaupun cukup lama kami berpisah namun tetap terjaga
hingga dari masa ke masa cukup banyak. Untuk sekedar beberapa contoh,
ketika saya dirawat di ICU sebuah rumah sakit di Jakarta, bahkan sempat
tidak sadarkan diri selama 5 hari, sahabat-sahabat sejati itu turut
menjenguk dan mendoakan kesembuhan saya, selain keluarga tentunya. Tapi
begitulah kenyataannya. Dan memang seperti itu sejatinya hubungan sebuah
persahabatan.
Hari
Jum’at lalu (23/8) saya pun kedatangan sahabat lama saya semasa masih
belajar di Al-Azhar Mesir dulu. Walau dia senior saya, namun memang
tidak ada jarak diantara kami. Setelah dia menyelesaikan gelar Lc-nya di
Al-Azhar Mesir, dia melanjutkan pasca sarjana di Sudan dan kemudian
menyelesaikan S3-nya di Malayisa. Setelah disana diapun terdampar selama
bertahun-tahun di Singapore mengabdikan ilmunya kemudian di Jakarta.
Selama selang beberapa tahun, dia saya ajak untuk mengabdikan ilmunya di
sebuah universitas swasta ternama di Jakarta, dimana saya saat itu
menjadi Ketua Jurusan disitu. Pertolongan saya yang tidak seberapa itu
selalu diingatnya dan selalu dikatakannya pada saya. Hingga akhirnya
diapun kembali bekerja di Singapore dan baru habis kontraknya pada bulan
Agustus 2012 ini.
Singkat
kata, dalam lebaran tahun ini kami mengobrol ‘ngalor-ngidul’ dan
panjang lebar. Sayapun berkisah ketika saya sakit dan dirawat di ICU
dengan 5 hari tidak sadarkan diri. Setelah 3 hari, menurut Tim Dokter
yang merawat saya, seharusnya saya sudah sadar. Akhirnya Tim Medis
meminta kepada istri dan keluarga saya bantuan non-medis yaitu doa dan
bacaan ayat suci Al-Qur’an. Kebetulan saat itu pada bulan Maulid
sehingga setiap ada acara pengajian dan Maulid dimintakan doa untuk
kesembuhan saya. Alhamdulillah hanya dua hari saya siuman. Hal ini saya
ceritakan dalam berbagai pertemuan dengan sahabat saya, termasuk dia.
Diapun berkomentar, bahwa apa yang dilakukan oleh Tim Dokter tadi ada benarnya. Merujuk pada kitab ‘Nasha’ih al-Ibad’
karya Allamah Al-Habib Abdullah Al-Haddad yang banyak dibaca di
berbagai pesantren dan pengajian, ada sebuah kisah yang menceritakan
orang yang bertawasul dengan amal baik sehingga kesusahan mereka
terbongkar dan selamat dari berbagai bahaya. Kisah itupun dia ceritakan
kembali pada saya. Katanya bahwa berbagai kebaikan saya yang saya pernah
lakukan dahulu-dahulu, yang boleh jadi saya sudah lupa, menjadi ‘dewa
penolong’ kesembuhan saya, begitu katanya. Termasuk juga
kebaikan-kebaikan kepadanya selama dia mengalaminya. Selain saya
menolong atau tepatnya membantu memberikan dia untuk mengajar di tempat
saya aktif bekerja, selain itu juga dia memang kapabel dan qualified.
Jadi bukan semata-mata KKN. Saya juga aktif di organisasi kedaerahan di
Mesir dulu pada saat dia sakit. Kawan tadi pernah mengalamai stress
berat akibat berbagai hal termasuk ujian di Pasca Sarjana Al-Azhar.
Kawan tadi adalah seorang mahasiswa yang sangat tekun, karena setiap
hari kuliah dia merekamnya dengan tape recorder dan menyalinnya kembali
ke buku tulis. Dari 5 mata kuliah, dia selalu tidak lulus 1 mata kuliah.
Karena system di S2 Al-Azhar adalah harus dan wajib lulus semua, maka
dia harus mengulang lagi semua dari nol. Bukan mengulang 1 mata kuliah
saja sebagaimana system di Indonesia dan lain tempat. Berkali-kali dan
bertahun-tahun lamanya dia mengalami hal yang sama sehingga masuk RS
jiwa. Ketika saya tanyakan hal itu kepadanya, diapun menggelengkan
kepala tidak inget apapun tentang itu. Itu cerita dulu, namun dia
sebagai orang saleh selalu mengingat kebaikan orang lain, termasuk
kebaikan saya padanya.
Sayapun
jadi diingatkan apapun kebaikan seseorang kepada orang lain kendati
kita sudah lupa namun hal itu tetap menjadi kebaikan deposito
masing-masing. Dan itulah yang dia katakan sebagai doa penopang
kesembuhan saya yang Tim Dokterpun memintanya bantuan seperti itu.
Selain
itu juga ada sahabat saya yang hampir setiap malam mengirim SMS kepada
saya memberi semangat untuk bangkit dari penderitaan pasca sakit tadi
selama recovery. Hampir setiap malam mengirim SMS mengingatkan saya
untuk shalat tahajjud, selama bulan puasa juga. Bahkan saya pun rajin
bangun malam untuk shalat sunat tahajjud dan sempat I’tikaf di akhir
Ramadhan qiyamullail. Saya merasakan betapa persahabatan sejati itu
abadi.
Dengan
sahabat yang satu ini, memang sahabat dekat saya ketika di Mesir dulu
juga. Walau kami beda Fakultas, namun kami sering terlibat diskusi dan
dia ‘kutu buku’. Hampir setiap saat kami hunting buku-buku baru maupun
buku tua yang tetap perennial. Saya dan dia selalu mencari buku-buku
loak di Kawasan Atabah, Kairo. Saat ini konon sudah dipindah ke tempat
lain. Bahkan ke toko buku kami diizinkan masuk ke gudang karena sudah
menjadi pelanggan tetap. Jarang sekali pembeli diizinkan masuk ke gudang
tadi. Selama di belajar di Al-Azhar, saya hampir tiap tahun ke Arab
Saudi pada musim haji, berhaji dan bekerja musiman. Tentu setiap balik
ke Kairo membawa uang yang cukup banyak bahkan cukup buat biaya hidup
setahun ke depan sebagai mahasiswa di Kairo. Biasanya saya mentraktir
kawan-kawan buku, apalagi kawan tadi itu kutu buku. Saya selalu bilang,
‘silahkan pilih sendiri buku-buku yang ente minati. Jatah ente sekian
Egyptian Pound. Biasanya jumlah cukup besar untuk ukuran mahasiswa.
Begitu juga kepada kawan-kawan yang lain. Apakah barangkali berbagai
kebaikan yang pernah saya lakukan itu yang menyebabkan keabadian
persahabatan kami, dia dan Allah yang tahu. Yang jelas saya pun tidak
mengingatnya lagi dan juga tidak menyebut-nyebut semua itu. Cuma saya
merasakan betapa perhatian semuanya kepada saya ketika saya mengalami
cobaan sakit tadi.
Begitulah,
sebuah persahabatan abadi yang tanpa pamrih dilakukan maka hasilnya pun
akan sama didapatkan. Memang selama ini saya menjadikan motto hidup
saya bagaikan ungkapan Sheikh Hasan Al-Banna yang berbunyi, “Kuunuu
Ma’annasi kassyajar, yarmunahu bilhajar, fayarmiihim bitsamar”.
Bermuamalahlah kalian dengan orang lain bagaikan pohon buah. Kendati
dilempari dengan batu, namun dibalasnya dengan buah”. Dan motto yang
lain, “Irhamu man fil ardhi yarmamkun man fissamaa’”. Kasihanilah yang
di bumi ini (manusia, hewan dan alam), maka pasti yang di langit (Allah
dan para Malaikat) akan mengisihimu’. Dan itu pasti.
Salam damai,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar