Senin, 04 Februari 2013

Makna Sebuah Persahabatan Sejati

Sahabat tentu saja ada yang sejati dan ada juga sahabat yang tidak sejati. Sahabat sejati tentu saja adalah sahabat yang tetap bersahabat kendati dalam berbagai kondisi dan situasi. Alhamdulillah dalam perjalanan hidup saya, banyak mempunyai sahabat sejati walaupun tidak sedikit juga yang tidak sejati. Kembali kepada niat persahabatan masing-masing. Ada yang punya maksud dan niat tertentu. Dan ada pula yang hanya mengejar pamrih. Biasanya yang ini tidak langgeng.
Sahabat sejati saya yang walaupun cukup lama kami berpisah namun tetap terjaga hingga dari masa ke masa cukup banyak. Untuk sekedar beberapa contoh, ketika saya dirawat di ICU sebuah rumah sakit di Jakarta, bahkan sempat tidak sadarkan diri selama 5 hari, sahabat-sahabat sejati itu turut menjenguk dan mendoakan kesembuhan saya, selain keluarga tentunya. Tapi begitulah kenyataannya. Dan memang seperti itu sejatinya hubungan sebuah persahabatan.
Hari Jum’at lalu (23/8) saya pun kedatangan sahabat lama saya semasa masih belajar di Al-Azhar Mesir dulu. Walau dia senior saya, namun memang tidak ada jarak diantara kami. Setelah dia menyelesaikan gelar Lc-nya di Al-Azhar Mesir, dia melanjutkan pasca sarjana di Sudan dan kemudian menyelesaikan S3-nya di Malayisa. Setelah disana diapun terdampar selama bertahun-tahun di Singapore mengabdikan ilmunya kemudian di Jakarta. Selama selang beberapa tahun, dia saya ajak untuk mengabdikan ilmunya di sebuah universitas swasta ternama di Jakarta, dimana saya saat itu menjadi Ketua Jurusan disitu. Pertolongan saya yang tidak seberapa itu selalu diingatnya dan selalu dikatakannya pada saya. Hingga akhirnya diapun kembali bekerja di Singapore dan baru habis kontraknya pada bulan Agustus 2012 ini.
Singkat kata, dalam lebaran tahun ini kami mengobrol ‘ngalor-ngidul’ dan panjang lebar. Sayapun berkisah ketika saya sakit dan dirawat di ICU dengan 5 hari tidak sadarkan diri. Setelah 3 hari, menurut Tim Dokter yang merawat saya, seharusnya saya sudah sadar. Akhirnya Tim Medis meminta kepada istri dan keluarga saya bantuan non-medis yaitu doa dan bacaan ayat suci Al-Qur’an. Kebetulan saat itu pada bulan Maulid sehingga setiap ada acara pengajian dan Maulid dimintakan doa untuk kesembuhan saya. Alhamdulillah hanya dua hari saya siuman. Hal ini saya ceritakan dalam berbagai pertemuan dengan sahabat saya, termasuk dia.

Diapun berkomentar, bahwa apa yang dilakukan oleh Tim Dokter tadi ada benarnya. Merujuk pada kitab ‘Nasha’ih al-Ibad’ karya Allamah Al-Habib Abdullah Al-Haddad yang banyak dibaca di berbagai pesantren dan pengajian, ada sebuah kisah yang menceritakan orang yang bertawasul dengan amal baik sehingga kesusahan mereka terbongkar dan selamat dari berbagai bahaya. Kisah itupun dia ceritakan kembali pada saya. Katanya bahwa berbagai kebaikan saya yang saya pernah lakukan dahulu-dahulu, yang boleh jadi saya sudah lupa, menjadi ‘dewa penolong’ kesembuhan saya, begitu katanya. Termasuk juga kebaikan-kebaikan kepadanya selama dia mengalaminya. Selain saya menolong atau tepatnya membantu memberikan dia untuk mengajar di tempat saya aktif bekerja, selain itu juga dia memang kapabel dan qualified. Jadi bukan semata-mata KKN. Saya juga aktif di organisasi kedaerahan di Mesir dulu pada saat dia sakit. Kawan tadi pernah mengalamai stress berat akibat berbagai hal termasuk ujian di Pasca Sarjana Al-Azhar. Kawan tadi adalah seorang mahasiswa yang sangat tekun, karena setiap hari kuliah dia merekamnya dengan tape recorder dan menyalinnya kembali ke buku tulis. Dari 5 mata kuliah, dia selalu tidak lulus 1 mata kuliah. Karena system di S2 Al-Azhar adalah harus dan wajib lulus semua, maka dia harus mengulang lagi semua dari nol. Bukan mengulang 1 mata kuliah saja sebagaimana system di Indonesia dan lain tempat. Berkali-kali dan bertahun-tahun lamanya dia mengalami hal yang sama sehingga masuk RS jiwa. Ketika saya tanyakan hal itu kepadanya, diapun menggelengkan kepala tidak inget apapun tentang itu. Itu cerita dulu, namun dia sebagai orang saleh selalu mengingat kebaikan orang lain, termasuk kebaikan saya padanya.
Sayapun jadi diingatkan apapun kebaikan seseorang kepada orang lain kendati kita sudah lupa namun hal itu tetap menjadi kebaikan deposito masing-masing. Dan itulah yang dia katakan sebagai doa penopang kesembuhan saya yang Tim Dokterpun memintanya bantuan seperti itu.
Selain itu juga ada sahabat saya yang hampir setiap malam mengirim SMS kepada saya memberi semangat untuk bangkit dari penderitaan pasca sakit tadi selama recovery. Hampir setiap malam mengirim SMS mengingatkan saya untuk shalat tahajjud, selama bulan puasa juga. Bahkan saya pun rajin bangun malam untuk shalat sunat tahajjud dan sempat I’tikaf di akhir Ramadhan qiyamullail. Saya merasakan betapa persahabatan sejati itu abadi.
Dengan sahabat yang satu ini, memang sahabat dekat saya ketika di Mesir dulu juga. Walau kami beda Fakultas, namun kami sering terlibat diskusi dan dia ‘kutu buku’. Hampir setiap saat kami hunting buku-buku baru maupun buku tua yang tetap perennial. Saya dan dia selalu mencari buku-buku loak di Kawasan Atabah, Kairo. Saat ini konon sudah dipindah ke tempat lain. Bahkan ke toko buku kami diizinkan masuk ke gudang karena sudah menjadi pelanggan tetap. Jarang sekali pembeli diizinkan masuk ke gudang tadi. Selama di belajar di Al-Azhar, saya hampir tiap tahun ke Arab Saudi pada musim haji, berhaji dan bekerja musiman. Tentu setiap balik ke Kairo membawa uang yang cukup banyak bahkan cukup buat biaya hidup setahun ke depan sebagai mahasiswa di Kairo. Biasanya saya mentraktir kawan-kawan buku, apalagi kawan tadi itu kutu buku. Saya selalu bilang, ‘silahkan pilih sendiri buku-buku yang ente minati. Jatah ente sekian Egyptian Pound. Biasanya jumlah cukup besar untuk ukuran mahasiswa. Begitu juga kepada kawan-kawan yang lain. Apakah barangkali berbagai kebaikan yang pernah saya lakukan itu yang menyebabkan keabadian persahabatan kami, dia dan Allah yang tahu. Yang jelas saya pun tidak mengingatnya lagi dan juga tidak menyebut-nyebut semua itu. Cuma saya merasakan betapa perhatian semuanya kepada saya ketika saya mengalami cobaan sakit tadi.
Begitulah, sebuah persahabatan abadi yang tanpa pamrih dilakukan maka hasilnya pun akan sama didapatkan. Memang selama ini saya menjadikan motto hidup saya bagaikan ungkapan Sheikh Hasan Al-Banna yang berbunyi, “Kuunuu Ma’annasi kassyajar, yarmunahu bilhajar, fayarmiihim bitsamar”. Bermuamalahlah kalian dengan orang lain bagaikan pohon buah. Kendati dilempari dengan batu, namun dibalasnya dengan buah”. Dan motto yang lain, “Irhamu man fil ardhi yarmamkun man fissamaa’”. Kasihanilah yang di bumi ini (manusia, hewan dan alam), maka pasti yang di langit (Allah dan para Malaikat) akan mengisihimu’. Dan itu pasti.
Salam damai,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar